Kumpulan Tulisan di Instagram Bagian 2

dailysocial
Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya. Bagi kamu yang belum membacanya, boleh melihatnya di sini



Tentang Sampah


kajianpustaka.com

Saya sempat berpikir, orang-orang di negeri ini malas memikirkan sampah, sebab ada hal yang lebih krusial untuk mereka pikirkan setiap hari: asupan karbohidrat.

Ya, untuk masyarakat yang setiap hari harus bekerja keras untuk dapat mengisi perut mereka dan anak-anak mereka, saya pikir tak ada lagi cukup tempat di pikiran mereka untuk sekedar peduli pada lingkungan.

Di tengah permasalahan ekonomi yang menjerat sebagian besar masyarakat kita, mungkinkah kesadaran tentang pentingnya mengelola sampah bisa muncul?

Awalnya saya berpikir begitu, tapi rupanya saya salah. Sebab, di jalanan saya sering menjumpai para pengemudi mobil pribadi, yang seenaknya membuang sampah lewat jendela mobil mereka. Benar, mereka yang bestatus ekonomi menengah ke atas pun tidak punya kesadaran pada lingkungan!

Sebenarnya, problem sosial dan kesadaran adalah dua hal yang berlainan. Setiap orang bisa saja memiliki segudang masalah, tapi sekali mereka punya kesadaran, kebiasaan baik mereka tak akan pernah hilang.

Masalah utama dari orang-orang di negeri ini sebenarnya cuma satu, yakni kurangnya kesadaran. Kebiasaan menganggap persoalan sampah adalah hal yang remeh-temeh, membuat kesadaran masyarakat kita terhadap lingkungan sangat minim. Ditambah kurangnya sosialisasi dari pemerintah, jelas saja masyarakat kita menganggap enteng sampah yang bertebaran di mana-mana.

Bagi saya, jumlah sampah yang bertebaran di sebuah kota, menjadi seperti sebuah indikator bagi tingkat keegoisan masyarakat di kota itu. Sebab, hanya orang yang bermental sangat egois, yang masih suka buang sampah sembarangan. Hanya orang yang sangat egois yang menganggap pengelolaan sampah yang baik itu sama sekali tidak berpengaruh bagi hidup mereka.

Karena itu, melihat masih kurangnya kesadaran masyarakat kita terhadap bahaya sampah, saya rasa tidak berlebihan jika saya menganggap orang-orang di negeri ini masih banyak yang bermental egois tingkat tinggi!


Tentang Hari Buruh

*tulisan ini saya tulis bertepatan dengan hari buruh 1 Mei 2019.


BMV Katedral Bogor

Hari ini tanggal 1 Mei. Hari buruh sedunia. Di berbagai wilayah di dunia beberapa orang yang peduli turun ke jalan-jalan. Menggelar parade dan long march. Menuntut para penguasa lebih serius memerhatikan hak kaum buruh, yang selama ini seringkali diabaikan.

Tapi gemuruh suara tuntutan itu hanya datang setahun sekali. Selebihnya hanya gema yang tak terdengar. Tenggelam dalam riuh rutinitas.

Kini, di era industri 4.0, nasib para buruh semakin tidak menentu. Dengan semakin gencarnya teknologi artificial intelligence, penggunaan tenaga manusia pun semakin sedikit digunakan. Sudah pasti para kapitalis lebih tertarik menggunakan tenaga mesin, yang tak pernah lelah, tak butuh tunjangan ini itu, dan bisa bekerja jauh lebih cepat ketimbang manusia. Penggunaan teknologi memang jelas memangkas biaya produksi, tapi nasib para buruh juga ikut terpangkas. Sebaliknya, pundi-pundi uang semakin berlimpah ruah jatuh kepada mereka para pemilik modal.

Di tengah banyaknya ketidakpuasan para buruh di bawah tekanan kapitalis, kini nasib mereka pun tidak hanyak sekedar tertindas, namun terancam akan kehilangan mata pencaharian. Padahal, para buruh seharusnya diberi penghargaan tertinggi. Mereka layak diapresiasi. Mereka layak hidup sejahtera. Sebab, segala peradaban ini datang dari kerja keras dan keringat mereka.


Happy May Day! Selamat Berjuang!

0 comments:

Post a Comment