Pemilu Memang Sudah Lewat. Tapi, Mari Kita Membahas Pemilu!

bbc.com
Ya, pemilu memang sudah lewat. Tapi di setiap sudut-sudut di kota ini, dan tentu saja di media sosial, semua orang masih rajin-rajinnya membahas pemilu. Hasil Quick Count, klaim kemenangan, adanya kecurangan, dan entah apa lagi. Semuanya antusias membahas pemilu, atau lebih tepatnya membahas pilpres. Mulai dari cewek-cewek yang biasanya anti sama hal-hal berbau politik, pemuda yang kerjaannya bermain game, hingga bapak-bapak yang memang hobi ke warung kopi untuk bicara politik, semuanya membahas pilpres. Dan, karena saya tinggal di Aceh, sebuah daerah di mana kurang lebih 80 persen masyarakatnya (berdasarkan hasil Quick Count Litbang Kompas) adalah pendukung paslon nomor urut 02, tentu saja yang terdengar di telinga saya adalah pembelaan-pembelaan terhadap calon presiden dan wakil presiden 02, dan sentimen-sentimen yang menjelekkan paslon nomor urut 01. Jujur saja, sebenarnya saya juga salah satu dari sekian banyak masyarakat Aceh yang mendukung paslon nomor urut 02. Bukan karena saya mengharapkan negara khilafah, atau takut Indonesia akan dikuasai komunis kalau 02 kalah. Tapi tentu saja saya punya alasan sendiri kenapa mendukung paslon 02. Dan mengingat hari pemilihan telah berlalu, saya pikir tidak ada gunanya juga memberi tahu alasan kenapa saya mendukung paslon 02. Yang menang tetap akan jadi presiden, dan yang kalah mau tidak mau harus berjuang lagi. Tentu saja jika diberi kesehatan dan umur panjang.

Sebenarnya, di sini saya hanya ingin beropini tentang isu yang paling banyak dibahas pasca hari pemilihan, yakni klaim adanya kecurangan. Menurut saya, tidak ada salahnya jika pihak yang kalah mengklaim adanya kecurangan. Berdasarkan informasi tentang sejarah penyelenggaraan pemilu di Indonesia yang saya baca di halaman Wikipedia Bahasa Indonesia, pada pemilu 2009, dua paslon yang kalah waktu itu, JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo juga menyatakan bahwa ada kecurangan dari KPU yang menguntungkan bagi inkumben saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono. Tapi bagaimana pun juga, klaim itu seperti tanpa arti. Karena pada akhirnya SBY dilantik juga, dan negara kembali berjalan sebagaimana biasanya tanpa ada kisruh yang benar-benar menarik perhatian maupun prestasi yang benar-benar signifikan. Saya pikir hal itu juga akan terjadi di pemilu kali ini, walaupun diam-diam saya berharap bahwa klaim kecurangan pemilu itu benar-benar terbukti dan akhirnya Prabowo menjadi presiden Indonesia yang baru :D

Sepintas, setelah jalan-jalan sebentar ke dunia Twitter dan Facebook, saya melihat banyak dari pendukung 02 terus mengunggah foto-foto berkas C1 dan bagaimana ternyata hasilnya sangat jauh berbeda dengan hasil yang direkap oleh KPU di situs resmi mereka. Ini adalah salah satu contoh dari ketimpangan tersebut yang saya ambil dari akun twitter @CakKhum

https://twitter.com/CakKhum
https://twitter.com/CakKhum

https://twitter.com/CakKhum
Saya berpikir, sekecil apa pun bentuk ketimpangan yang dilaporkan rakyat Indonesia, tidak peduli dari kubu politik mana pelapor itu berafiliasi, tetap saja KPU maupun Bawaslu harus merespon dan menindaklanjuti laporan tersebut. Tentu saja kita sama-sama setuju bukan, bahwa sekecil apa pun sebuah dosa, yang namanya dosa tetaplah dosa. Dan keadilan harus ditegakkan. Hingga saat ini, saya melihat betapa antusiasnya para pendukung 02, dalam memperjuangkan keyakinan mereka. Dan menurut saya itu harus mendapat perhatian. Walaupun ada yang bersikap lebay (misalnya dengan menciptakan hastag dan meminta tolong hacker Rusia), namun betapa masifnya gerakan ini justru menunjukkan kadar kepercayaan sebagian besar masyarakat kita telah begitu rendah terhadap inkumben. Itu artinya mereka sudah tidak percaya lagi pada pemerintahan yang berjalan selama ini.

Walaupun saya cuma bisa memperhatikan dan menunggu, tapi sebagai pendukung paslon 02, saya masih dan terus berharap, bahwa klaim-klaim kecurangan itu bisa dibuktikan dan nanti kita punya presiden baru. Bagaimana pun juga, beban pembuktian memang ada pada si pembuat klaim. Dan karena dalam hal ini pihak oposisi yang mengklaim adanya kecurangan, tentu saja mereka harus memiliki bukti-bukti kredibel yang mendukung pernyataan mereka. Namun, kalau memang pada akhirnya hal itu tidak terjadi, mau tidak mau saya tetap harus menerima presiden lama memimpin kembali negeri yang sedang kesusahan ini. Lalu kembali melihat Indonesia yang terus begitu-begitu saja. Yang saya prediksi tidak ada perubahan yang benar-benar signifikan.

Oh ya, mengenai Pileg, lagi-lagi saya harus kecewa, karena partai yang paling saya tidak suka, PDI-P kembali meraup kursi terbanyak di DPR (berdasarkan hasil Quick Count). Barangkali benar kata salah seorang teman saya di Facebook, untuk kedepannya bukan cuma presidennya yang harus diganti tapi rakyatnya juga. Sebab bagaimana mungkin partai dengan prestasi paling banyak mengirimkan kader mereka ke KPK masih disukai dan dipilih oleh rakyat yang kita tahu sendiri, masih butuh perubahan besar.


2 comments:

  1. Aduh... baca postingan tentang pemilu, jadi keinget lagi tentang pemilu, padahal lagi berusaha santai lagi.
    Aku bener-bener bingung sih harus nanggepi seperti apa. Hehe...
    Siapapun presidennya nanti, semoga Indonesia selalu menyenangkan.

    ReplyDelete
  2. Hehehe postinngannya gak lama setelah pemilu kok, iya siapa pun presidennya kita harap indonesia tetap damai

    ReplyDelete