Dua Puisi Indah dari Wanita Hebat Berdarah Aceh: Debra H. Yatim

Debra H. Yatim via idwriters.com
Debra H. Yatim, selama ini saya tidak mengetahui nama beliau. Padahal beliau termasuk salah satu sastrawan Aceh dan telah membukukan empat antologi puisi. Saya baru mengetahui beliau setelah iseng-iseng berkunjung ke situs aliansisastrawanaceh.wordpress.com. Awalnya, saya hanya ingin membaca sajak-sajak yang ditulis oleh para penyair Aceh. Namun begitu sampai pada puisi milik Debra H. Yatim, saya langsung jatuh cinta. Setelah membaca puisi-puisi miliknya, saya pun mencari tahu lebih banyak tentang beliau. Namun tidak banyak informasi yang saya dapatkan tentang beliau di internet. Satu-satunya situs yang banyak memuat informasi tentang beliau hanyalah situs Tempo Institute. Dan dari keterangan situs tersebut, tampaknya beliau sudah tidak lagi tinggal di Indonesia, melainkan di Australia. Dari situs itu juga saya tahu bahwa beliau merupakan seorang wartawan senior dan saat ini masih menjadi editor di Majalah Tempo berbahasa Inggris. Debra H. Yatim juga dikenal sangat konsen terhadap isu-isu mengenai perempuan dan lingkungan. Tak heran, dua puisi beliau yang saya kutip di sini pun tidak lain berkaitan dengan kedua isu tersebut. Dua puisi berikut saya kutip dari situs Aliansi Sastrawan Aceh. Dipublikasikan di situs tersebut pada tanggal 24 Oktober 2008.


IBU PERTIWI

yang pernah tampil sebagai beragam sosok selama berabad
yang namanya di tempat-tempat berbeda
muncul pada waktu-waktu berbeda
dan tetap bertahan secara hakiki sebagai ruh perempuan
sang Ibu Bumi nan Agung,
Penjaga danau dan hutan raya
rahim agung dari mana
Kehidupan bermula dan bertumpah ruah.


yang adalah Ajysyt di Siberia, sang Ibu Danau Susu.
Ashtoreth, dewi kesuburan dan reproduksi bagi kaum kuna,
yang mempertahankan peran di samping dewa-ayah selama milenia.


yang adalah Atira, sang Ibu Bumi dan Ibu Jagad daratan Amerika,
Kehidupan muncul daripadanya dan kembali ke padanya saat kematian,
lambangnya sebulir gandum mekar.


yang adalah Danu, dewi kemakmuran, yang melahirkan dewata.
Hathor, dewi Mesir utama, ibu dari Ra, sang dewa surya,
yang mengawasi tari, musik dan Cinta.


yang adalah Brigid, dewi kesuburan orang Irlandia,
pelindung karya tangan dan kesembuhan dan puisi;
Quan Yin sang dewi penyembuhan dan belas asih,
yang menjaga mereka yang sakit dan perih hati
memantau kanak-kanak dan para ibundanya.


yang adalah Perempuan Laba-laba
yang memintal dan melantun dunia menjadi ada
memberikan manusia keempat Penjuru,
putri-putrinya menyanyikan kemunculan matahari,
bulan dan gemintang
dan dari liat warna-warni berbeda

ia menciptakan ras-ras umat manusia
dan menghubungkan kita semua
dengan temali kelindan sarangnya.


yang adalah Gaea yang mengirim buah dari tanah guna memberi
bagi umat akbar manusia, gizi.

yang adalah Cerridwen, dewi bulan dan jelai,
perlambang perputaran Kehidupan dan Kematian
dan musim-musim dalam tahun berjalan.


yang adalah Ishtar sang payudara
ratu dari langit dan angkasa.

yang adalah Tiamat dari samudra paling sebermula
yang bertahan sebagai Perempuan Perubahan,
mewakili transisi setiap dara muda
menjadi perempuan dewasa.


yang adalah Ilmatar, putri perawan dari udara,
pencipta langit dan buminya


yang adalah Lilith, istri pertama dari pria pertama
yang melarikan diri ke dalam hutan
demi menemukan Dirinya.


yang adalah Shekinah
kebijakan dari umat yang percaya pada Kitab

yang adalah Sri, dewi panen dan padi

yang adalah Saraswati
pemelihara buku dan pengetahuan


yang adalah Ibu Pertiwi
pemilik Tanah dan Air kita
pengawas danau dan hutan kita
yang bahkan adalah
Kehidupan itu sendiri


BLUES UNTUK BALI

Sebelum mencairnya Greenland
dan hamparan es bagian barat Kutub Selatan
sebelum naiknya permukaan laut
dalam skala mencengangkan,
empat ratus lima puluh partum per juta karbon dioksida,
tebakan terbaik lawan binasa.
tanpa memperhitungkan gas-gas lain rumah kaca
macam metan dan dinitrogen monoksida,
ditawar-menawar di Nusa Dua.


Memadaikah ini sebagai target bagi dunia,
target yang bergerak begitu
melesatnya?


Tetap kita yakin bahwa umat manusia
masih punya cukup waktu
dan kita berkumpul di Bali sini
menyemburkan berton-ton bahan
bakar pesawat ke udara
untuk memutuskan bahwa kita
tak sepakat mengenai apakah
membiarkan negara kaya menyayat emisi karbonnya
sembari membayar kepada yang papa
mirip membiarkan sekawanan cukong gemuk merokok sigar
seraya orang lain dalam ruangan
sesak menghirup asapnya
membiarkan mereka bayar kita
sementara mereka keluar dan belanja
sebungkus lagi ‘tuk dihirup dan bukannya
memutuskan sekali dan selamanya
untuk menuntaskan kebiasan buruknya.


Kita sudah pernah nikmati bahan bakar ajaib kita
mari kini kita mulai kelimabelas pemantak:
Mari kita kurangi lukuan ladang kita
bangun kembali karbon yang hilang dari tanah kita;
Mari kita ambil apa yang kita fasih kerjakan
dan melumurinya ke tiap bagian kegiatan kita.
Mari kita hentikan konsumsi makanan
yang melanglang buana


ribuan kilometer sebelum tiba ke mulut kita,
setelah diacar dalam minyak bumi mentah
yang demikian lezatnya.
Mari kita gunakan transpor umum setelah
memarkir sepeda kayuh kita.
Mengapa kita tidak selamatkan hutan hujan tropis kita
demi terjadi penyerapan karbon dunia
sebagai tanggul raksasa
yang melindungi kita
dari bencana yang menghadang segera?

Bali, Des. 2007

Sumber:
https://aliansisastrawanaceh.wordpress.com/category/sajak-sajak/page/1/
http://tempo-institute.org/people/debra-h-yatim/

0 comments:

Post a Comment