|
Pixabay |
Perpisahan kepada Sunyi
Melewati pukul sebelas malam aku menaiki puncak
untuk memandangi langit dan
memahami bagaimana mereka bekerja
Dunia begitu kesepian
Banyak orang ingin mati setiap hari
Di atas sini, aku hanya ingin merenung
atau memikirkan apa pun yang dapat membuatku
terbunuh pelan
Andai kehampaan ini dapat pergi
barangkali tak pernah lagi ada penderitaan
Setiap orang terlahir untuk bersenang-senang
ketika kedukaan datang bertamu, mereka hanya dapat
membunuh pikiran masing-masing
Sementara kau hanya menangis di dalam diam
atau luka ataupun kenangan buruk yang pernah kauciptakan
Aku tak pernah tahu di mana kauletakkan luka itu
Namun bila kuucapkan selamat tidur malam ini
Barangkali penat itu akan memudar dan keinginan-keinginanmu
akan terwujud di dalam mimpi
Tak ada yang dapat memahami kita
Dunia bekerja dengan caranya sendiri
Kau pun hanya ingin melupakan luka tanpa pernah tahu
cara terburuk untuk berbahagia adalah dengan memikirkan diri sendiri
Kau begitu jauh dari pikiranku
Bahkan bayanganku pun tak pernah dapat menjangkaumu
Suatu malam hujan turun begitu lebat
lalu aku membayangkanmu kedinginan dan menggigil tanpa selimut
Saat itu kaca jendela mengembun begitu cepat
namun kau hanya dapat memeluk tubuhmu sendiri
sembari membayangkan seseorang datang dan mencium hangat pipi merahmu
Tapi malam ini begitu hening
suara-suara bersembunyi di balik kenangan setiap orang
Hingga kemudian kutuntaskan segala kesedihanku
Menuruni anak tangga untuk memasuki ruang dan bertemu sunyi
Di Sudut Cafe Ini
aku duduk di sudut cafe
dan hanya mengenangmu
setiap hal yang kurindukan selalu ingin pergi atau menghilang
aku tidak tahu cara paling baik menghilangkan duka
rintangan yang kutemui di depan adalah
hal yang ingin kumusnahkan jika kubisa
setiap yang membuka mata larut dalam pikiran
di sini hanya ada keheningan
aku bertanya tentang siapa yang hadir
di cafe ini, kegelapan lebih baik dari apa pun yang namanya kepalsuan
di sini kesendirian seperti memihakku
suara tawa tidak sedang mencelaku
aku lega dan merasa aman dari
tatapan bodoh paling kubenci
aku ingin ditemani olehmu
tapi kau merasa letih pada waktu
biarkan saja perasaanmu
aku tidak ingin kau sedih
saat perih menatapku seperti curiga
lebih baik aku mengenang suaramu
dan menganggap tubuhku tidak rapuh
seseorang menungguku seorang diri
dia adalah teman yang tidak butuh nama
dia seperti dirimu
dia hanya ingin menemani dirinya sendiri
semua yang menghibur penatnya
telah tertidur dan merasa mimpi tidak
membangunkan mereka lagi
sedang kau bermimpi tentang
kebahagiaanmu yang menghalangiku
berjalan menujumu
siapa ia yang tidak punya mimpi di malam hari?
matanya terjaga dan membenci matahari
aku tidak mengerti mengapa orang
orang suka merasa bahagia
bagiku kesedihan dan kebahagiaan adalah
seperti saudara kembar
aku tidak ingin senang karena takut mati
aku hanya ingin mati saat bersedih
seperti perasaan yang hendak dilupakan orang-orang
ada atau tidak adanya kehidupan hanya soal
warna dan khayalan
malam sudah terlalu larut dan ingin berakhir
mendengar lagu bukan lagi sebuah pilihan
tetapi kesedihan suara hatimu
membuatku mengalah pada inti perih
dari yang bangkit di ingatanku
setidaknya kau masih di sana
sebelum aku benar-benar pergi
kau menunggu kebahagiaan datang
melindungimu dari kebodohan hatiku.
Di Tengah Keramaian yang Kubenci
Hari ini terang dan bising, dan aku
membencinya setengah mati
Dunia begitu sesak oleh mereka
yang bicara, tertawa, sibuk, dan bosan
Setiap pikiran mereka adalah semesta yang ramai
Sementara pikiranku adalah perjalanan waktu
yang kelelahan
Di dalam pikiranku, aku akan terus hidup
menemani waktu
Jika kupejamkan mataku
yang ada hanyalah kegelapan
Seperti seekor bintang yang tua
dan kesepian
Aku akan selalu merasa sendiri meski
banyak suara yang bergema
Pernah suatu kali kau datang ke dalam mimpi
Lalu kusentuh kulitmu dalam satu kecupan
yang begitu hangat
Namun saat kubuka mataku, ternyata
sinar matahari telah menghilangkan segalanya
Setiap kali memimpikanmu
Kupikir itulah sedikit kebahagiaan
yang kupunya
Aku dan pikiranku hanyalah ruang
kosong yang begitu sunyi
Dingin dan gelap
Kupejam lagi mataku, berharap esok
tubuhku tiada
Orang-orang akan melupakanku cepat
Seperti mereka yang memudar
Yang tersisa hanya mimpi tentangmu
Tersimpan jauh di sudut ruang sunyiku
Begitu jauh, seperti kenangan masa kecil